Kumpulan Artikel BKD D.I. Yogyakarta

Keutamaan Bulan Muharam

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah Bulan Allah Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim, bab Keutamaan Puasa Muharram).

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Tanggal 1 Muharram 1441 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 1 September 2019 Masehi. Bulan ini disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Syahrullah (Bulan Allah). Tentunya, bulan ini memilki keutamaan yang sangat besar.

Di zaman dahulu sebelum datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bulan ini bukanlah dinamakan bulan Al-Muharram, tetapi dinamakan bulan Shafar Al-Awwal, sedangkan bulan Shafar dinamakan Shafar Ats-Tsani. Setelah datangnya Islam kemudian Bulan ini dinamakan Al-Muharram. Al-Muharram di dalam bahasa Arab artinya adalah waktu yang diharamkan, yaitu diharamkan dari menzalimi diri kita dan berbuat dosa.

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan ini” (Qs. At-Taubah: 36).

Ibnu Abbas mengatakan: Firman Allah dalam surat at-Taubah tentang larangan melakukan kezaliman pada sepanjang masa, kemudian Allah mengkhususkan pada empat bulan tersebut yang dijadikan bulan tersebut sebagai bulan Haram, merupakan tambahan kehormatan bulan-bulan tersebut, sehingga kejahatan yang dilakukan di dalamnya lebih besar dosanya dari kejahatan yang dilakukan di bulan yang lain sebagaimana halnya amal shaleh di dalamnya juga lebih besar pahalanya dibandingkan dengan yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir 4/148).

Muharram adalah salah satu bulan haram dari yang empat bulan, yaitu Zulqa’idah, Zulhijjah dan Muharram dan Rajab. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abi Bakrah). Kelebihan dari empat bulan itu adalah bahwa sebagaimana kebaikan yang dilakukan di tanah Haram dilipatgandakan Allah, maka demikian juga kejahatan dan dosa yang dilakukan dilipatgandakan oleh Allah.

Amalan-amalan di bulan Muharram puasa, seperti hadist Rasulullah yang artinya “Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram.” (HR. Muslim : 1982). Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, utamanya ketika hari ‘Asyura (10 Muharram.

Dari Aisyah radiallahu anha, ia berkata: “Adalah hari Asyura hari puasa kaum Quraisy di masa jahiliyah. Rasulullah juga berpuasa pada masa jahiliyah (sebelum menerima wahyu). Ketika Rasulullah tiba di Madinah beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa. Ketika Puasa Ramadhan difardhukan hanya tinggal kewajiban puasa Ramadhan tidak pada Asyura. Bagi yang ingin berpuasa pada Asyura silahkan berpuasa, dan bagi yang tidak ingin, boleh meningggalkannya”. (HR. Abu Daud No. 2442).

Di bulan Muharram, berpuasa ‘Asyura tanggal 10 Muharram sangat ditekankan, karena Rasulullah bersabda, “… Dan puasa di hari ‘Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR. Muslim No. 1162/2746). Ternyata puasa ‘Asyura adalah puasa yang telah dikenal oleh orang-orang Quraisy sebelum datangnya Rasulullah. Selain puasa di hari ‘Asyura, berpuasa tanggal 9 Muharram lebih disukai, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkeinginan, jika seandainya tahun depan beliau masih hidup, beliau akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Banyak ulama mengatakan bahwa disunnahkan juga berpuasa sesudahnya yaitu tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan hadist Ibnu ‘Abbas berikut: “Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR. HR Ahmad no. 2153, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 8189 dan yang lainnya. Syaikh Syu’aib dan Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini lemah.) Meskipun demikian, bukan berarti jika seseorang ingin berpuasa tanggal 11 Muharram hal tersebut terlarang.

Sebagian ulama juga memberikan alasan, jika berpuasa pada tanggal 9 dan 11 Muharram, maka hal tersebut dapat menghilangkan keraguan tentang bertepatan atau tidakkah hari ‘Asyura tanggal 10 Muharram yang dia puasai tersebut, karena bisa saja penentuan masuk atau tidaknya bulan Muharram tidak tepat. Apalagi untuk sekarang, banyak manusia tergantung dengan ilmu astronomi dalam penentuan awal bulan, kecuali bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul Hijjah.

Amalan lain di bulan Muharram adalah memperbanyak amalan shalih, yaitu Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya.

Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya.

Perbaiki diri dengan senantiasa bertaubatan nasuha, dan moment yang tepat untuk dilakukan di bulan Muharram adalah dengan senantiasa bertaubat. Apa itu taubat? Taubat adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Taubat adalah tugas seumur hidup.

Maka kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah. Maka dari itu, marilah kita senantiasa memanfaatkan waktu yang ada untuk senantiasa memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bukanlah kematian yang akan menunggu taubat kita, namun kitalah yang harus menunggu kematian dengan taubat. (dariberbagaisumber-soffi)


© 2024 BKD D.I. Yogyakarta. All Rights Reserved.
  • 0274-562150 fax. Psw 2903, (0274) 512080
  • This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
  • Jl. Jenderal Sudirman No. 5, Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta kode pos 55233