Kumpulan Artikel BKD D.I. Yogyakarta

Teknologi Keuangan Semakin Canggih, Perlu Tetap Waspadai Modus Penipuan (Sumber : Kompasiana.com/tag/psikologi, November 2019)

Kemajuan teknologi dan informasi komunikasi saat ini sangat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Bila dulu kita hanya bisa berkomunikasi melalui telegram, surat, dan kartu pos, dewasa ini komunikasi jarak jauh hanyalah sebatas layar di handphone. Semua serba cepat dan instan, bahkan bagi generasi millennial saat ini kemudahan dan kecepatan adalah prioritas bagi mereka, bila mendapati sesuatu hal yang lamban maka lambat laun akan segera mereka tinggalkan.

Walau semuanya dibangun untuk dapat memanjakan penggunanya dengan kesan instan dan cepat, teknologi juga membawa risiko. Yang luput dari perhatian banyak orang, dengan kemudahan teknologi juga banyak orang yang mudah menyembunyikan identitas asli atau perilaku asli mereka di media sosial yang bisa disebut dengan anonim. Dengan adanya anonimitas di media sosial dan layanan daring lainnya, orang cenderung lebih berani dalam melakukan banyak hal bisa jadi termasuk hal-hal yang melanggar norma dan hukum. Selain itu, pola serba instan dan cepat di era teknologi juga mempengaruhi cara berpikir para pengguna telepon dan aplikasi pintar. Bisa jadi tuntutan untuk berpikir cepat tersebut, justru memangkas jalan mereka untuk berpikir kritis dan fokus. Hal-hal seperti ini yang membuat mereka menjadi mudah terperdaya oleh berbagai informasi yang masuk ke alam sadar dan bawah sadar mereka.

Setali tiga uang perkembangan teknologi pasti juga akan diikuti perkembangan modus-modus kejahatan baru yang tidak lagi menggunakan sarana konvensional. Para pelaku kejahatan membekali diri mereka dengan ilmu-ilmu yang mereka pelajari baik secara otodidak maupun di pendidikan formal. Tapi menariknya, modus penipuan di dunia teknologi yang akhir-akhir ini marak justru terjadi lewat cara yang konvensional, yaitu lewat pembicaraan di telepon, dan bukan lewat peretasan canggih atau cyber-hacking. Penipuan lewat telepon bisa sukses tentu tak lepas dari kemampuan para pelaku merayu dan menjebak calon korbannya untuk menyerahkan berbagai informasi penting yang bisa digunakan pelakunya untuk masuk atau membajak layanan perbankan atau dompet elektronik yang digunakan oleh korban.

Pada beberapa kasus, penipu biasanya menelepon sampai si korban memberikan sendiri kode rahasia kepada si penipu. Pelaku berbicara dengan pendekatan psikologi yang kita kenal dengan sugesti,  sehingga korban bisa dengan mudah "terperdaya", hingga kemudian memberikan kode rahasia OTP / PIN mereka. Media seringkali menyebut sugesti sebagai "hipnotis." Sebenarnya "sugesti" adalah proses psikologis di mana seseorang membimbing pikiran, perasaan, atau perilaku orang lain, biasanya pelaku meluncurkan teknik sugesti dengan berpura-pura membantu saat korban panik karena proses transaksi yang bermasalah. Memanfaatkan kepanikan korban, pelaku kemudian mengalihkan fokus korban ke instruksi yang harus diikuti.

Kasus penipuan bermodus mengaku sebagai oknum dari perusahaan ternama juga bagaikan 2 sisi mata pisau. Hampir rata-rata para pelaku memanfaatkan nama besar perusahaan untuk menipu korbannya. Kenapa perusahaan besar? karena perusahaan besar tersebut adalah sosok atau nama yang dirasakan sudah dikenal dengan baik, sehingga sudah ada 'trust' dari penggunanya. Jika seseorang sudah memiliki 'trust' terhadap suatu brand, maka memperbesar kemungkinan ia akan menerima opini/penawaran/hal yang diberikan oleh pihak tersebut Hal ini berlaku bagi perusahaan besar yg reputasinya baik. Tentu berbanding terbalik dengan perusahaan besar yg reputasi buruk.

Dari sisi psikologis korban, mereka akan mudah percaya karena selama ini telah menganggap bahwa aplikasi keuangan yang mereka pasang di telepon pintar mereka sudah terjamin aman karena dikelola oleh perusahaan dengan reputasi yang baik. Hal ini yang membuat daya kritis mereka hilang saat penipuan terjadi. Padahal dari sisi penyedia layanan aplikasi keuangan atau perusahaan perbankan, mereka juga tak henti-hentinya memberikan sosialisasi kepada para nasabah dan penggunanya untuk tidak memberikan kode OTP/PIN kepada orang lain bahkan kepada perusahaannya sekalipun, namun tetap saja para pelaku memiliki ribuan tipu muslihat dan pintar melihat celah kelemahan korbannya. Bila hal seperti ini terjadi, sebenarnya tanggung jawabnya kepada pengguna atau konsumen untuk sangat berhati hati menyimpan informasi pribadi mereka.

Modus penipuan dengan proses sugesti seperti ini bisa menyasar siapa saja, tidak lagi melihat latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan usia. Pelaku sangat paham betul cara mematahkan daya pikir kritis korbannya dengan cara memberikan informasi-informasi yang dapat mengubah emosi korbannya.  Dalam kondisi emosi yang terguncang atau panik, korbannya tak akan lagi mudah untuk berpikir kritis sehingga pelaku dapat dengan mudah menggali dan meminta data-data yang ia perlukan untuk melakukan penipuan.

Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk dapat terhindar dari tipu daya para pelaku kejahatan dengan proses sugesti lewat telepon? Salah satu cara paling ampuh yang dapat ditempuh diri sendiri adalah dengan tenang dan berpikir secara logis.  Penipu akan selalu membuat situasi menjadi genting. Oleh karena itu, jika ada nomor yang tidak dikenal menghubungi anda dan meminta data, selalu minta waktu untuk menghubungi kembali. Biasanya penipu akan terus meningkatkan urgensi situasi dan tidak segan mengintimidasi. Jika hal ini merupakan penipuan, penipu biasanya akan terus menyerah dan mematikan telepon. Jika anda dihubungi oleh perusahaan/instansi yang benar, anda dapat melakukan konfirmasi dengan cara menghubungi perusahaan melalui saluran resmi, seperti email resmi dan hotline customer service. Jangan sampai kita tenggelam dalam luapan emosi sehingga bertindak secara impulsif dan sembrono. Jangan juga kita mudah percaya dan mencampuradukkan emosi sehingga menurut untuk mentransfer uang ataupun menyerahkan informasi rahasia kepada orang tidak dikenal. Dengan bersikap tenang dan berpikir logis, kita dapat mengetahui trik dan kelakuan para penipu sehingga akal pikiran dapat menyimpulkan bahwa semua yang diucapkan penipu adalah dusta.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan bercerita atau membuka informasi dengan orang lain yang dipercaya seperti pasangan atau sahabat. Penipu melalui telepon akan menyuruh kita untuk jangan pernah melepas telepon atau bercerita pada orang lain, karena orang lain statusnya bersifat netral dan dapat langsung mengatakan bahwa sedang terjadi penipuan. Membuka informasi pada orang terpercaya akan membantu kita dalam banyak hal salah satunya adalah menghindari penipuan ini.


© 2024 BKD D.I. Yogyakarta. All Rights Reserved.
  • 0274-562150 fax. Psw 2903, (0274) 512080
  • This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
  • Jl. Jenderal Sudirman No. 5, Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta kode pos 55233